“Mengumbar Politik Dagang”

Setgab Koalisi SBY sepakat ingin mengeluarkan salah satu parpol koalisi yang “dianggap” membelot dari logika pemerintah. Aneh tapi nyata, inilah yang kemudian terpolakan dalam panggung politik negeri kita. Dengan berpaling dari sebuah kesepakatan, tidak perduli itu memang pro rakyat atau tidak, dengan mudah disamakan dengan sebuah pemberontakan akan flatform “koalisi”.

Apa yang sedang dipertontonkan setgab koalisi adalah sebuah pengajaran kepada masyarakat tentang “kesolidan koalisi” yang diartikan sebagai “kesamaan” diantara semuanya. Yakni, menyamakan persepsi yang mengacuh kepada apa kata pemerintah, bila tidak mau ikut kata pemerintah, mending menjadi oposisi saja. Dengan kata lain jadi koalisi tidak boleh kritis, nanti bisa diberi sanksi mentrinya dicopot dari formatur kabinet.

Mempertontonkan wajah politik transaksional yakni ikut pemerintah = jatah menteri, sudah menjadi hal wajar dan diterima secara paripurna. Tidak ada rasa tabuh di kepala. Secara konstitusional sudah merupakan hak Presiden memilih dan mengganti pembantu2-nya, lantas tidak perlu ada perdebatan dan diskusi panjang di kalangan masyarakat, apalagi harus mengumbarnya di media secara berlebihan. Namun, yang perlu kita garisbawahi adalah tidak sibuk memperbicangkan politik transaksi yang sedang digemingkan ini bukan berarti tidak berpikir dan berkontemplasi.

Sekarang adalah saatnya melihat kekonsistenan dari perkataan para pelantun “nama rakyat”, kesamaan kata dan perbuatan. Sebagai partai pemerintah harus menerima konsekuensi bahwa koalisipun punya nurani dan kehendak untuk bisa berlogika dan memilih keberpihakan terutama terkait kepentingan rakyat. Sebaliknya, bagi para parpol koalisi jangan sampai dikarenakan persoalan jatah menteri idealisme parpol, hakikat parpol, dan ideologi parpol menjadi tergadaikan dengan sangat mudah.

Sebagai masyarakat sudah sepatutnya kita membuat sebuah “alarm” yang suatu kali nanti akan berdering. Amanatnya adalah memperhatikan track record masing-masing. Kita harus membuang jauh-jauh penyakit “amnesia”. Mari mendengarkan “alarm” insiden penting kepemerintahan yang sebelumnya berjalan. Mari menilai, mari menimbang, dan mari memilih yang layak untuk negeri kita yang diidam-idamkan para pendiri bangsa. Bersepakatlah untuk tidak terperdaya oleh janji manis, uang muka, atau dusta retoris mereka para penggadai dan penjarah.

Leave a comment